EINSTEIN ...!,THE GREAT SCIENTIST.
10 fakta tentang enistein
1. Einstein adalah bayi gemuk dengan kepala yang besar
2. Einstein Kesulitan berbicara sebagai Seorang Anak
3. Einstein Terinspirasi oleh Kompas
4. Einstein
gagal dalam ujian masuk Universitas
5. Einstein
memiliki Anak Haram
6. Einstein menjadi kian terasing dari istrinya yang pertama, kemudian
mengusulkan sebuah "Kontrak" Aneh
7. Einstein
tidak mendapatkan kebersamaan dengan putranya yang tertua
8. Einstein adalah Ladies' Man
9. Einstein, perang pasifis, mendesak FDR untuk membangun Bom Atom
9. Einstein, perang pasifis, mendesak FDR untuk membangun Bom Atom
10. Kisah otak
Einstein: otak dalam botol selama 43 tahun dan didorong lintas negara di bagasi
Buick!
Sebelum menilik filsafat Einstein, baiklah jika kita meninjau bagaimana sejarah hidupnya lebih dulu.
Tak berbeda dengan Werner Heisenberg, Einstein tumbuh sebagai fisikawan dengan latar belakang matematika yang kuat. Sejak usia belia ia sudah mempelajari prinsip dasar aljabar. Adalah pamannya, Jakob Einstein, yang memperkenalkannya pada dunia hitung-menghitung.
Didikan matematika sejak belia ini membuat Einstein sangat terpaku, sekaligus terampil, dalam menyelesaikan persamaan aljabar. Ini menuju pada rasa suka yang berlebihan: pada akhirnya, kemampuannya di bidang non-eksakta menjadi detrimental. Jika Heisenberg nyaris gagal mempertahankan disertasi gara-gara interferometer, maka Einstein lain lagi: ia hampir ditolak masuk Politeknik Zurich karena nilai bahasa dan biologi yang rendah.
Untungnya sang rektor berbaik hati. Mengingat nilai fisika dan matematika yang tinggi, Einstein diizinkan masuk dengan catatan. Jika ia bersedia mengulang setahun sekolah menengah di Swiss, maka ia akan diterima di Zurich tahun ajaran berikutnya.
ed. noteKesukaan Einstein terhadap matematika mengantarkannya pada sudut pandang yang mirip dengan Heisenberg. Keduanya sama-sama percaya bahwa alam semesta dapat, dan seharusnya bisa, dipetakan menggunakan ilmu matematika. Meskipun demikian terdapat perbedaan mendasar.
Saya membayangkan, jika Dewi Fortuna benar ada, mungkin tipe favoritnya adalah pria jenius. Heisenberg dan Einstein kelihatannya pernah ketiban cinta. :P
Heisenberg memandang kenyataan fisika sebagai sekumpulan ide (“in favor of Plato”). Sebagaimana telah kita bahas, ini membuatnya jadi seorang idealis. Einstein berbeda: ia menganggap matematika semata sebagai sarana menjelaskan konsep dan hubungan. Ini membuatnya terkesan condong pada instrumentalisme, sebagaimana akan saya kutipkan berikut ini.
Our experience hitherto justifies us in trusting that nature is the realization of the simplest that is mathematically conceivable. I am convinced that purely mathematical construction enables us to find those concepts and those lawlike connections between them that provide the key to the understanding of natural phenomena.Tapi, apakah matematika saja cukup untuk melambangkan kenyataan? Menurut Einstein, tidak. Di sinilah ia berbeda pendapat dengan Heisenberg.
~ Albert Einstein, 1933
How can it be that mathematics, being after all a product of human thought which is independent of experience, is so admirably appropriate to the objects of reality? Is human reason, then, without experience, merely by taking thought, able to fathom the properties of real things?Dalam kutipan di atas, Einstein menarik garis tegas antara formalisme matematika dan kenyataan yang sebenarnya. Matematika murni bisa membantu menjelaskan kenyataan. Tetapi, untuk menjelaskan kenyataan yang sebenarnya, tidak. Di sinilah ia mengkritik idealisme a la Heisenberg.
In my opinion the answer to this question is briefly this: As far as the laws of mathematics refer to reality, they are not certain; and as far as they are certain, they do not refer to reality.
~ Albert Einstein, 1921
Bagaimana bisa konsepsi manusia, yang independen dari pengalaman sehari-hari, diandalkan untuk menjelaskan kenyataan obyektif? Einstein mengindikasikan: harus ada suatu ‘perkenalan’ dengan dunia. Bagaimana berkenalan dengan dunia? Tak lain melalui “pengalaman” (experience). Hanya dengan bantuan pengalaman, matematika bisa berguna dalam menjelaskan kenyataan (dalam konteks ini: hukum fisika).
Experience naturally remains the sole criterion of the usefulness of a mathematical construction for physics. But the actual creative principle lies in mathematics. Thus, in a certain sense, I take it to be true that pure thought can grasp the real, as the ancients had dreamed.Di sini kita melihat bahwa Einstein tidak tergiring mendewakan matematika sebagai kebenaran mutlak. Matematika berperan sebagai daya kreatif. Tetapi, bisakah daya kreatif itu tepat dalam menggambarkan “dunia”? Belum tentu.
~ Albert Einstein, 1933
Menurut Einstein, di sini kita harus memperhitungkan “pengalaman” (baca: hasil percobaan dalam fisika). Hasil percobaan akan memberitahu apakah model matematika kita sudah tepat. Jika sudah tepat, maka bisa dipertahankan — tetapi, jika terbukti salah, maka matematika tersebut harus diganti.
ed. note
Ibaratnya, di era klasik model matematika Newton terasa benar. Meskipun demikian, percobaan di masa kini membuktikan gejala yang memfalsifikasinya (e.g. pembelokan cahaya oleh gravitasi).
“Pengalaman” bahwa cahaya berbelok oleh gravitasi menunjukkan derajat kebenaran matematika Newton, sebagaimana dijelaskan oleh Einstein di atas. Berangkat dari sini kita membutuhkan matematika baru yang lebih canggih — yakni Relativitas Umum.
Einstein menolak QM: Falsafah Realisme
Sebagai ilmuwan, Einstein memiliki semangat yang kuat untuk berpijak pada realitas. Dalam berbagai karyanya, semangat ini mewujud pada keterlibatan prinsip geometri (ia tidak menyukai formalisme abstrak model mekanika matriks). Ia adalah fisikawan modern berhaluan realis, sebagaimana Erwin Schrödinger.
Tak pelak, sebagai seorang realis, Einstein merasa pendekatan keidean yang subyektif tidak cocok untuk memahami alam. Ia percaya alam semesta bersifat terpisah dan tidak-tergantung pengamat.
Perhatikan bedanya dengan idealisme subyektif Heisenberg! :DKita bisa melihat bahwa Einstein dan Heisenberg bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya sama-sama diberkahi dengan kemampuan matematika cemerlang dan intuisi yang kuat. Meskipun demikian, haluan filsafat mereka bertolak belakang: Heisenberg adalah seorang idealis-subyektif, sementara Einstein adalah realis-obyektif.
I think that a particle must have a separate reality independent of the measurements. That is an electron has spin, location and so forth even when it is not being measured. I like to think that the moon is there even if I am not looking at it.”Pandangan ini kemudian membuatnya berselisih paham dengan Bohr dan Heisenberg mengenai QM, terutama Tafsiran Kopenhagen. Terhadap QM sendiri Einstein mempunyai keberatan sebagai berikut:
~ Albert Einstein
- Sifat probabilistik QM menunjukkan bahwa teori ini belum sempurna Menurut Einstein, alam semesta harusnya bersifat deterministik. Ia menduga bahwa terdapat variabel kuantum X yang berperan di latar belakang.
- Asas Ketidakpastian Heisenberg tidak berlaku mutlak, melainkan terdapat satu-dua pengecualian yang bisa melanggarnya
- Positivisme Bohr cenderung tidak tepat, karena partikel kuantum sudah ada sebelum diukur Bohr dan Heisenberg percaya bahwa, sebelum diukur, partikel dapat dianggap abstrak. Meskipun demikian Einstein percaya bahwa sistem kuantum bersifat obyektif/tak tergantung pengamat.
- Aksi nonlokal tidak benar-benar terjadi tanpa perantara Melainkan melalui variabel tersembunyi yang bersifat deterministik (c.f. butir 1)
Sayangnya, walaupun sangat kokoh secara intuisi, hasil percobaan tidak mendukung kebenarannya. Sebagaimana akan saya jelaskan berikut ini.
Pertama: sejauh ini, tidak ditemukan bukti/petunjuk adanya variabel tersembunyi di latar belakang. Dengan demikian, kedudukan klaim #1 dan #4 menjadi lemah (walaupun masih terbuka kemungkinan benar).Di sini kita lihat bahwa QM tidak mendukung filsafat realisme Einstein. Justru sebaliknya — alam tampak memfavoritkan pandangan Bohr-Heisenberg yang lebih ‘antik’. Apakah ini pertanda bahwa alam semesta aslinya subyektif?
Kedua: klaim Einstein mengenai keruntuhan AKH sudah ditanggapi dengan memuaskan oleh Bohr (lihat: Bohr-Einstein Debates). Dengan demikian, klaim #2 bahwa AKH tidak universal telah tumbang.
Ketiga: klaim #3 belum bisa diverifikasi maupun difalsifikasi. Dengan demikian, kedudukannya hingga saat ini adalah netral.
Jangan-jangan, sebenarnya kita bukan sekadar ‘penonton’ di alam semesta ini. Tapi, siapa yang tahu? :mrgreen:
Sang Matematikus yang Realis
Sebagaimana sudah kita lihat bersama di atas, haluan filsafat Einstein adalah realisme (atau lebih tepatnya, realisme ilmiah). Meskipun demikian, terdapat pula sentuhan lain dalam pemikirannya.
Di satu sisi, ia memandang matematika sebagai suatu daya kreatif, kemampuan untuk menginduksi kenyataan. Di sisi lain, ia menimbang bahwa sekadar matematika tidak cukup — agar bisa mendapat gambaran dunia dengan sebenarnya, seseorang harus menimba pengalaman (atau “percobaan” di bidang fisika).
Pengalaman, “hasil percobaan fisika” inilah yang kemudian dirangkai dalam konsep bernama matematika. Adapun pengalaman ini juga berfungsi sebagai petunjuk: sudahkah model matematika ini benar? Lagi-lagi, pengalaman juga yang menentukan.
Sebagaimana sudah kita lihat bersama, Einstein mempunyai afinitas yang kuat untuk bersikap “membumi”. Mungkin ini juga sebabnya dia cenderung kuat dalam menolak QM. Dibandingkan ide Bohr-Heisenberg, realisme Einstein lebih akrab dengan logika sehari-hari.
sebuah surat yang bisa mengubah dunia....!
surat yang berisi tentang permohonan einstein untuk membuat bom atom.
Pada hari yang bersejarah, 2 Agustus
1939, 72 tahun silam, seorang fisikawan bernama Albert Einstein
melayangkan sepucuk surat kepada Presiden AS, Franklin D. Roosevelt,
yang isinya menyatakan bahwa AS harus terlebih dahulu menciptakan bom
atom sebelum didahului Jerman.
Pada 6 dan 9 Agustus 1945, di
Hiroshima dan Nagasaki, AS menjatuhkan masing-masing sebuah bom atom,
yang mengakibatkan ratusan ribu warga Hiroshima tewas, dan hampir 40.000
warga kota Nagasaki meninggal di tempat. Total 140 ribu jiwa yang tewas
dan terluka. Einstein di kemudian hari mengatakan, kesalahan paling
fatal yang pernah dilakukannya selama hidupnya adalah mengemukakan ide
untuk menciptakan senjata nuklir tersebut.

Awal Mula Riset Bom Atom
Karena penindasan NAZI terhadap
warga Jerman keturunan Yahudi, mengakibatkan banyak ilmuwan Yahudi yang
melarikan diri ke AS. Pada saat itu pula, banyak di antara mereka yang
memperingatkan kepada Pemerintah AS bahwa Jerman sedang menciptakan
semacam “senjata super”. Pada 1939, beberapa ilmuwan yakni Gerald,
Fermi, Ladd dan Teller mengkhawatirkan senjata nuklir yang akan
diciptakan Jerman, dan mereka berharap agar Pemerintah AS dapat terlebih
dahulu mengembangkan senjata nuklir.
Saat mereka menyampaikan hal
itu, para pejabat menganggap para ilmuwan ini mendongeng, hingga
akhirnya mereka pun mendapatkan dukungan dari Einstein. Pada 19 Oktober
1939, Presiden Roosevelt secara resmi menandatangani dokumen pengesahan
pengembangan senjata nuklir. Dua hari kemudian, AS membentuk “Komite
Pengembangan Senjata Atom” yang diberi kode S-11.
Pada 7 Desember 1941, Jepang
sukses dalam penyerangannya terhadap Pearl Harbour, sehingga mendesak
Pemerintah AS untuk mempercepat terciptanya “bom atom”. Pada Juni 1942,
rencana pengembangan bom atom AS secara resmi dimulai. Karena berkantor
pusat di wilayah Manhattan, maka proyek tersebut diberi nama “Manhattan
Project”. Pada tahun yang sama juga dibangun pusat uji coba nuklir di
padang pasir yang luas tak bertepi di New Mexico, dan diberi nama
Laboratorium Los Alamos.

“Manhattan Project” Berhasil
Pada awal Juli 1945, akhirnya AS
berhasil menciptakan 3 buah bom atom, yang diberi kode Big Boy, Little
Boy, dan Fatty. Bom bernama Big Boy dan Fatty menggunakan metode
implosif, dengan bahan Plutonium 239 sebagai muatan inti. Sementara
Little Boy menggunakan metode penembakan, dengan bahan Uranium 235
sebagai muatan inti.
Pada 15 Juli, Presiden AS, Harry
S. Truman mendarat di Potsdam. Pada 16 Juli pukul 05:29:45, uji coba
bom atom pertama dalam sejarah peradaban manusia berhasil diledakkan di
padang pasir Alamogordo. Karena pasukan AS banyak kehilangan prajuritnya
yang tewas maupun luka-luka akibat pertempuran di Iwo Jima dan juga
Okinawa pada 1943, maka pihak militer terus mendesak agar digunakan
senjata nuklir terhadap Jepang.
Musim semi 1945, tentara AS
menduduki wilayah bagian barat Jerman, dan mendapati bahwa fasilitas
riset nuklir NAZI hanya sebatas tahap laboratorium riset semata dan
belum ada proyek pembuatan senjata nuklir. Setelah Einstein mengetahui
hal itu, ia segera meminta agar Gedung Putih membatalkan penggunaan
senjata nuklir. Tujuh orang ilmuwan terkenal AS ketika itu juga
mengirimkan surat untuk meminta Pemerintah AS agar tidak menggunakan bom
atom.
Akan tetapi pihak militer dan
politik AS bersikeras menggunakan bom atom agar Perang Pasifik dapat
segera diselesaikan, dan tentara AS tidak terus menerus mengalami
kerugian prajurit tewas dan terluka. Selain itu juga bertujuan untuk
memupus persiapan perang yang dilakukan Uni Soviet terhadap Jepang. Pada
30 Juli 1945, Jepang menolak ultimatum yang dibuat di Potsdam oleh AS,
Inggris, dan Soviet, yang isinya: “Jika Jepang tidak segera menyerah,
maka akan segera dibumi hanguskan”.
Pada 6 Agustus 1945 pukul 08:15
pagi hari, pesawat Enola Gay menjatuhkan bom atom pertama yang digunakan
dalam perang sepanjang sejarah manusia (Little Boy) di atas Kota
Hiroshima, yang menyebabkan seratus ribu lebih warga Hiroshima tewas.
Diperkirakan hingga 1.950, korban yang tewas akibat penyakit kanker dan
penyakit komplikasi jangka panjang lainnya akibat radiasi nuklir,
mencapai hingga 200.000 jiwa.
Pada 9 Agustus 1945, bomber B-29
menjatuhkan bom atom kedua Fatty di atas Kota Nagasaki, yang
menyebabkan 40.000 jiwa warga Kota Nagasaki tewas di tempat. Dan total
jumlah korban tewas mencapai 140.000 jiwa. Pada 15 Agustus 1945, tepat
pukul 12 tengah hari waktu Jepang, Kaisar Jepang Hirohito menyatakan
Jepang menyerah tanpa syarat, dan menjadi momentum berakhirnya Perang
Dunia II.

Einstein: Kesalahan Terbesar Seumur Hidup
Setelah berita pengeboman itu
beredar, sebagian besar ilmuwan yang turut serta dalam “Manhattan
Project” justru diliputi kemuraman. Einstein sendiri akhirnya tenggelam
dalam kesedihan dan penyesalan yang teramat dalam. Dengan penuh
kesedihan ia melayangkan surat kepada Presiden Roosevelt, mengatakan
bahwa menciptakan senjata nuklir merupakan penyesalan dan kesalahannya
yang paling fatal. Ia bahkan menyesali awal mula ia melakukan riset
tersebut, “Jika mengetahui akan menjadi sampai sedemikian akibatnya,
lebih baik saya menjadi tukang reparasi arloji saja,” tuturnya ketika
itu.
Oppenheimer juga merasa sangat
sedih dan bersalah atas tragedi yang menimpa Hiroshima dan Nagasaki, ia
pernah mengatakan kepada Presiden Truman bahwa tangannya telah
berlumuran darah! Dan setelah itu, ia pun secara penuh terjun dalam
kegiatan menentang pengembangan senjata nuklir.
Pada 1950, ketika AS mengumumkan
akan mengembangkan senjata nuklir yang berkekuatan lebih dahsyat lagi,
pilot pesawat pemantau cuaca pada saat pengeboman Hiroshima, Mayor
Claude Issely, bahkan melakukan bunuh diri untuk menyatakan sikap
protesnya! Kapten Kermit Beahan, pilot yang menjatuhkan bom atom di atas
Nagasaki, sebelum meninggal dunia ia menyuarakan isi hatinya: “Semoga
akulah orang terakhir di dunia ini yang menjatuhkan bom atom!”.
0 comments:
Post a Comment